Demikian pria asal Kalambeshwar, Distrik Washim, Nagpur, India, yang melakukan pekerjaan “besar” itu. Dia baru saja membuat sumur, setelah sang istri, Sangita, mendapat hinaan saat meminta air kepada keluarga kaya raya di kampungnya.
Tajne
merupakan seorang Dalit –kasta terendah. Pekerjaannya hanya buruh
rendahan yang miskin. Seperti keluarga papa lain yang tak kuat membuat
sumur, Tajne dan istrinya selalu minta air kepada orang kaya. Kasta di
atasnya.
Dan hari itu, pada Maret silam, sang istri minta izin ke pemilik sumur, dari keluarga kaya raya. Namun, ditolak. Bahkan istri Tajne mendapat hinaan.
“Aku tak mau menyebut pemilik sumur itu. Bagaimanapun aku merasa dia melecehkan kami karena kami miskin dan Dalit,” tutur Tajne, dikutip Dream dari laman Times of India, Jumat 13 Mei 2016.
Hancur. Itulah perasaan Tajne. Dia benar-benar merasa terhina. Hati kecilnya meraung, tak terima diperlakukan seperti itu. “Aku pulang hari itu, di bulan Maret, dan hampir menangis.” “Aku memutuskan tak akan pernah lagi mengemis air kepada siapapun,” tambah dia. Tak mau lama-lama meratap, Tajne segera pergi ke kota terdekat, Malegaon, untuk membeli peralatan untuk menggali sumur.
Sebelumnya, Tajne tak pernah mengali sumur. Sebuah pekerjaan berat, yang biasanya dilakukan oleh 4 hingga 5 orang. Namun, tekadnya sudah mengeras. Bisa jadi lebih keras dari cadas dan bebatuan yang akan dia gali.
Tangan Tajne mulai menggali. Sedikit demi sedikit. Semua dia kerjakan sendirian. Tak ada satupun orang membantu. Bahkan, semua orang menganggapnya sudah gila. Ya, semua orang menilai Tajne melakukan pekerjaan sia-sia.
Tak pernah ada orang yang berhasil menemukan air di wilayah itu, karena lahannya berbatu. Sudah ada tiga sumur galian dan satu sumur bor. Hasilnya nihil. Lubang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.